Friday, October 12, 2012

[lomba aku dan gendongan]Dengan Jarit;ku gendong kemana mana

Aku terbiasa menyebutnya dengan Jarit, kain batik panjang yang digunakan sebagai gendongan. Sedari kecil aku sudah familiar dengan jarit bahkan dulu aku juga biasa menggendong adikku dengan menggunakan jarit. Ketika trend gendongan mulai aku kenal, aku mulai terpesona dengan model modelnya yang lucu lucu dan cantik, sambil membayangkan bahwa mungkin zamanku kelak jarit sudah bukan gendongan bayi lagi.

Waktu terus berlalu, hamil Ichiko di negeri matahari terbit membuatku menyiapkan semua peralatan bayi yang berbau jepang.  Bahkan sampai ketika kiriman dari mamak ku terima dan ku bongkar (yang ternyata berisi jarit, bedong, gurita dan lain lain) aku masih tidak pernah membayangkan akan menggunakan barang barang tersebut kelak.

Ketika ichiko lahir dan ternyata menunjukan ketidaksukaannya untuk duduk di stroller, mau tidak mau aku mulai melirik jarit jarit kiriman yang masih tersimpan dengan rapi.  Mulai belajar menggunakannya dan belajar menyukainya  terlebih karena berbagai gendongan modern yang kami miliki ternyata tidak membuat Ichiko nyaman. Aku menggunakan jarit untuk mengantar Ichiko ke day care, naik angkutan umum dan mengikuti berbagai pertemuan yang memperbolehkanku membawa Ichiko.  Percaya tidak percaya, ternyata jarit yang terbuat dari kain batik ini sering menarik perhatian orang Jepang dan mengundang berbagai pertanyaan.

Foto diatas adalah foto jalan jalan pertamanya Ichiko, waktu itu dia masih berusia 4 bulan, kami ikut trip ke sebuah daerah di pertengahan pulau Hokkaido.  Ichiko bisa tidur dengan nyenyaknya, meskipun di bawa emaknya keliling keliling sambil window shopping. 

Berdasarkan pengalaman pribadi, gendongan jarit ini membuat bayi bisa tidur dan duduk dengan nyaman.  Mudah di adjust menjadi berbagai model. Paling asyiknya bisa dijadikan apron saat menyusui di ruang terbuka.

Foto rame rame diatas adalah foto saat menghadiri sosiali pelayanan BNI Tokyo untuk masyarakat Indonesia di Sapporo.  Lagi lagi, Ichiko terlihat sangat nyaman tidur dalam gendongan jarit.

Kebiasaan menggunakan jarit untuk menggendong ichiko terus berlanjut, pernah suatu kali kami benar benar jadi perhatian saat jalan jalan di seputaran Hiroshima.
Foto diatas adalah saat perjalanan jauh ichiko yang pertama kali, kami berlibur ke hiroshima.  Menunggu tran, shinkansen dan berphoto di pulau Ikeshima.  Cuaca saat itu berkisar di bawah 10 derajad celcius, dan jarit batik sangat membantu Ichiko untuk tidak merasa kedinginan.  

Pertanyaan yang paling sering ku hadapi biasanya tentang kekuatan si kain batik tersebut untuk menahan beban berat bayi, dan bagaimana cara menggunakan gendongan ini supaya tetap kuat dan tidak melorot.  Sedikit harus rela menjadi model, tapi seneng karena bisa mempromosikan budaya meskipun dengan cara yang sederhana.  

Selain sebagai gendongan, jarit batik ini punya fungsi fashion yang tidak kalah pentingnya.  Meskipun jaritku waktu itu tidak " gaya" banget, tapi foto di bawah ini menunjukan betapa multifungnya gendongan kain batik.

Salah kostum di Hiroshima yang  ternyata masih dingin, tapi gendongan batik menyelamatkanku dengan beralih fungsi menjadi syal

Model dan corak batik yang beraneka ragam semakin memudahkan para ibu untuk padu padan saat menggendong sang buah hati.  So, mari kita budayakan kain batik sebagai gendongan.

note: gendongan merah itu masih gendongan favorite sampai sekarang Ichiko sudah 2,3 tahun, dan kemungkinan akan diwariskan ke adek Ichiko lho