Ini kisal awal maret lalu ketika dapat
penugasan untuk mengikuti seminar di Bangkok.
Sebenarnya sudah maju mundur ketika sebelum melahirkan sudah dapat
jadwal untuk menghadiri seminar ini.
Bagi sebagian orang mungkin ini kesempatan bisa sekalian jalan jalan ala
backpacker dengan fasilitas turis koper(iyalah tiket+hotel kan sudah dibayari kantor) tapi buat emak muda
dengan bayi berumur 4 bulan yang sedang berusaha untuk memberikan ASI ekslusif
ini bukan perkara gampang. Membawa ASI
perah (ASIP) lintas provinsi sudah bukan masalah, tapi lintas negara selama 5 hari adalah pengalaman pertama
buatku. Kalau hanya di pompa bisa dapat
500 ml/jam, artinya akan ada 2,5 liter
ASIP yang harus di bawa pulang dengan kondisi dingin dan masih bisa
dikonsumsi. Kalau dengan 2.5 liter
setara lebih kurang 2 kg ditambah dengan ice gel yang dipersiapkan juga
sebanyak 2 kg artinya harus ada persiapan lebih kurang 5 kg bagasi hanya untuk
membawa ASIP.
Karena ternyata ada banyak sekali ibu ibu baik yang mau menulis
tentang membawa ASIP lintas negara,kekuatiran menjadi berkurang berganti dengan
persiapan. Apa saja yang
disiapkan????? Tentu saja mental untuk
meninggal ichiro si baby 4 bulan, karena ada mbahnya di rumah tentu saja bisa
percaya sepenuhnya. Beberapa point yang
penting di bawah ditulis untuk kenangan, dan siapa tahu ada yang membutuhkan
informasi ini.
I.
Persiapan peralatan pumping
Pompa ASI adalah barang wajib
untuk busui yang tidak bisa memerah pakai tangan, selain membawa si Medela
harmoni yang sudah berusia 4 tahun, unimom electric juga di bawa untuk cadangan
dan untuk kegiatan pumping di hotel. Karena
tidak punya cooler box, di bawalah dua cooler bag Gabag, satu yang baru beli
yang satu unit dengan tas ransel, dan satu cooler bag tua yang dipakai sejak
zaman anak ke dua dulu. Ice gel atau
blue ice juga tidak dilupakan 2 buah @500 gram yang merupakan hadiah beli tas
gabag, dan 2 buah @500 gram blue ice yang beli di ACE (bukan beli pakai duit
tapi beli pakai point hihihihi). Tidak
lupa tentunya plastic tempat ASI dan plastic biasa untuk lapisan tambahan.
II.
Pumping sebelum take off
Demi aman dari pemeriksaan selama di bandara, blue ice di masukandalam bagasi, jadi yang
ditenteng hanya pompa dan plastik pembungkus.
Karena penerbangan sore jadi siang sudah berangkat ke bandara, dan langsung
saja masuk ke dalam untuk mencari ruangan menyusui untuk pumping sebelum
berangkat. Pemeriksaan bawaan kabin
memang sangat ketat untuk penerbangan international, hal tersebut disiasati
dengan memompa ASI hanya setelah melewati pemeriksaan terakhir. Keberangkatan melalui terminal 2 bandara
sutta tidak perlu dikhawatirkan untuk ibu menyusui, karena setelah pemeriksaan
terakhir ada banyak ruang menyusui yang sangat nyaman.
Pumping pertama sebelum masuk gate, disebuah ruang menyusui yang
bersih dan nyaman. Ada dispenser air
panas, ada wastafel dan sabun, tissue juga dalam jumlah cukup, ada sofa yang
nyaman dan juga tempat tidur baby yang bisa juga difungsikan sebagai tempat
ganti popok. Karena blue ice semua masuk
dalam bagasi, untuk mendinginkan ASIP I awalnya berniat membeli batu es di
penjual minuman dingin di depan gate.
Ternyata karena sang penjual melihat tas ASIP,batu es pun digratiskan
dan ASIP I pun aman masuk dalam pesawat tanpa pemeriksaan .
III.
Pumping dalam pesawat
Ini bagian yang agak mendebarkan, terutama karena penerbangan lebih
dari 2 jam. Jangan lupa untuk pakai baju
yang memudahkan kegiatan pumping (baju menyusui tentunya), dan apron atau syal untuk
menutupi pandangan orang yang kepo.
Waktu check in sudah minta untuk ditempatkan di antara penumpang cewek,
tapi karena kursi sudah dipesan, petugasnya bilang bisa request nanti di dalam
pesawat. Ternyata ada beberapa baris
bangku kosong di bagian belakang, dan oleh pramugari juga diizinkan untuk
pindah. Memang harus jujur dan berani
bilang ke pramugari, dan syukurnya difasilitasi sama mereka, bahka waktu minta
es batu juga diberikan dengan gratis dalam jumlah yang cukup. Pompa yang dipakai selama di dalam pesawat
adalah Medela manual yang tanpa suara.
Ilmu cuek merupakan bekal yang penting, dan jangan malu untuk
menjelaskan kalau ada yang bertanya.
Keadaan yang sama juga ditemui sewaktu pulang, bahkan karena
penerbangan terakhir semua stok es batu malah dibungkus rapi oleh pramugarinya
dan disusunkan didalam cool bag. Baik
kan pramugari air asia (bukan di endorse ya).
IV.
Pumping selama di hotel dan di acara seminar
Sebelum berangkat wajib sepertinya untuk mempersiapkan kertas kertas
label, lakban, dan jangan lupa kertas kosong plus spidol permanent yang besar
untuk labeling mendadak. Terutama di
negara yang bahasa inggris tidak mudah dipahami, apalagi memang bahasa inggris
per ASIPan kan memang tidak semua mempelajari.
Email berisi permintaan untuk bisa mendapatkan kulkas kecil dikamar
hotel (mini bar) dan untuk bisa menitipkan ASI di freezer hotel juga sudah
dikirim. Hotelnya ternyata bersedia,
hasil pumping di perjalanan dan ice gel masuk dalam cooling bag dan segera
dititipkan di hotel, tentu saja dengan label besar diluar tas tersebut. ASIP selama di Bangkok disimpan dalam kulkas
mini bar, pertimbangannya adalah bahwa ASIP beku akan segera dikonsumsi setelah
pulang, sementara yang dingin akan di bekukan, karena perjalanan total hanya 6
hari.
Selama seminar di BITEC ternyata tidak ada ruang menyusui, tapi
tidak habis akal akhirnya pumping ditoilet (bersih), disela sela seminar. Antisipasi kontaminan ASIP dengan selalu
membawa air mineral (ini banyak disediakan kalau seminar) untuk cuci tangan,
tissue basah yang mengandung alcohol untuk sterilisasi , dan tissue kering yang
sudah disiapkan sendiri. Pompa yang
digunakan juga pilih yang manual supaya tidak ribet cari colokan listrik dan
bunyinya juga tidak menarik perhatian.
Beberapa mata kepo sih, tapi lama lama mereka juga senyum dan mengerti,
waktu yang dipilih adalah bukan pas jam istirahat, karena toilet pasti penuh.
Setelah pumping pekerjaan lainnya adalah mencari es batu, karena
blue ice semua di bekukan di freezer hotel untuk persiapan membawa ASIP kembali
ke Jakarta. Makan siang atau coffe break
saat seminar kan biasanya pake model
model buffee/prasmanan, dan banyak petugas yang berdiri kalau kalau itu makanan
habis dan ada yang perlu bantuan.
Kendala es batu diatasi dengan minta es batu pada mereka, siapkan juga
wadahnya . Bisa kotak plastic yang bisa
masuk dalam cool bag, atau plastic vinyl .
Masalah awalnya adalah petugasnya tidak bisa berbahasa inggris, dan aku
tidak bisa berbahasa thai. Tapi
teknologi sekarang kan keren, googling gambar es batu dan tunjukin sama mereka,
langsung deh mereka mengerti dan problem es batu pun solved. Seusai seminar kegiatan pumping di hotel
dilakukan sedisiplin mungkin, supaya
enggak bengkak tentunya, disinilah gunanya di pompa elektrik, cepat biarpun
sedikit berisik tapi bisa mompa sambil whatsapp video sama anak anak dirumah.
V.
Packing Hasil Pumping
Perkiraan awal hasil ASIP hanya sekitar 2.5 liter, ternyata efek
makanan enak selama seminar selama 24
jam itu bisa pumping sebanyak 1 literan.
Hari terakhir seminar pagi pagi sudah ambil titipan ASIP dan ice gell di
hotel. Penerbangan pulang sore hari dan
harus buru buru check out sebelum jam 12 siang.
Total dipacking pagi ada sekitar 6 liter. Ice gel yang dititip dihari pertama sudah
keras, dan menurut cerita yang sudah berpengalaman bisa mendinginkan ASIP
hingga 24 jam. Packing dilakukan dengan
metode tidak menyisakan ruangan hampa di dalam tas, ice gel di paling bawah dan
kiri kanan sekeliling tas. ASIP yang
dibungkus kantong di lapisi plastic vynil dan dibungkus dengan aluminium foil
atau kertas koran satu persatu (dibawa dari Indonesia). Setelah itu bagian atas ditutup dengan ice
gel lagi, dan pumping terakhir di Bangkok juga dimasukan ke dalam tas
tersebut. Setelah beres, ditimbang
ternyata tas ASIP tersebut mencapai 12 kg, baju baju kotor dipacking rapi dan
digunakan untuk memenuhi koper tersebut, plus brosur brosur yang diperoleh
selama seminar.
Waktu mau check in di DMK sempat ditanya oleh petugas di mesin X
ray, cuma karena dia nanya pakai bahasa thai, ya cuma dibalas senyum aja dan
tidak diperiksa sama sekali dan koper ASIP bisa masuk ke bagasi dengan
aman. Beberapa dokumen mengenai membawa
ASIP yang diperoleh dari webnya TSA sudah diprint dan tinggal ditunjukin ke
mereka kalau diperlukan, kalau mereka minta di buka ya dibuka saja, nanti
sisanya kita packing ulang. Itulah
kenapa siapkan lakban dan kertas kertas label dalam jumlah cukup, untuk
antisipasi kalau harus di repacking di bandara.
Selanjutnya tugas kita adalah berdoa, semoga pesawat tidak delay,
semoga bagasi tidak nyasar dan rusak selama perjalanan. Jangan lupa minta label “fragile” di bagasi
kita, supaya diperlakukan dengan proper selama di bandara
VI.
Finally
Jam 11 siang ice box keluar dari kulkas,
dan jam 2 malam baru sampai rumah.
Bagaimanakah kondisi ASIP setelah melintasi tapal batas NKRI. Ternyata AMAN! Ice gel masih beku, ASIP
pertama juga masih beku dan segera dipindahkan ke kulkas rumah, ASIP yang disimpan
diminibar juga masih dingin dan segera masuk ke dalam freezer, menutupi ruang
ruang kosong dalam freezer karena ditinggal selama enam hari
Semakin kesini memang semakin banyak fasilitas untuk ibu bisa
memberi ASI untuk anak anak, terakhir lewat bandara HLP juga suda ada ruang
menyusui yang nyaman. Jadi, jangan
menyerah pejuang ASI karena alam semesta akan mendukung kita kalau kita mau
meneguhkan hati dan berusaha.
*Ditulis dalam rangka enam
bulan Senopati Ichiro Rajagukguk dan akhirnya
lulus ASI exlusive
No comments:
Post a Comment