Tuesday, November 27, 2012

VBAC is possible!

Mungkin tidak banyak yang familiar dengan istilah VBAC (vaginal birth after caesarean), tapi sebenarnya tanpa kita sadari fenomena ini banyak terdapat disekeliling kita kalau kita mau memperhatikannya. Dalam pencarianku selama hamil sampai melahirkan aku menemukan lebih dari 10 orang disekitarku yang berhasil VBAC dengan resiko dan jarak kelahiran sebelumnya yang beragam. 

Keinginan untuk VBAC sudah ada sejak kehamilan ke dua yang ternyata hanya bertahan hingga 3 bulan di dalam rahimku, dan ketika Tuhan mempercayakan kehamilan yang ke tiga, tekadku sudah semakin bulat. Kehamilan pertama dan ke duaku di Jepang, memberiku banyak pelajaran, memberiku banyak inspirasi dan sekaligus membuatku sangat kritis untuk setiap layanan kesehatan yang aku terima. Konsultasi dengan 2 SPOG disebuah rumah sakit dibilangan Jakarta Selatan, memompa semangatku untuk VBAC meskipun mereka masih mensyaratkan untuk mengevaluasinya pada minggu ke 38 dan menyebutkan sederet syarat dan ketentuan. 

Sementara itu perkenalanku dengan gentle birth dan paketnya sebenarnya di mulai saat kehamilan sahabatku mbak Ari, berlanjut aku mulai rajin menyambangi website bidan kita, bergabung dengan komunitas Gentle Birth Untuk Semua dan rajin membaca cerita cerita keberhasilan VBAC. Waktu berjalan ketika kami memutuskan untuk pindah ke Cikarang, dan memilih dr Ni Putu Titin K di RS MK Cikarang sebagai SPOG untuk kehamilan kedua. Beliau pun mendukung untuk VBAC dengan syarat dan ketentuan pastinya, bahkan dari beliau aku mendapat no telepon ibu Lani Kuswandi untuk berkonsultasi mengenai hypnobirthing. Meskipun akhirnya aku tidak dapat mengikuti kelas hypnobirthing bersama beliau tapi aku membulatkan tekadku untuk belajar mandiri berdasarkan buku buku yang beliau tulis. Pendarahan pada minggu ke 30lah yang membuatku membatasi diri untuk tidak bepergian meskipun hanya keJakarta. Sedikit berbeda dengan sebelumnya kehamilan ketiga ini memang diwarnai dengan dua kali pendarahan. Melewati minggu ke 30 aku dan suami sudah sepakat untuk memilih persalinan paling gentle untuk adik Ichiko. Pertemuan pertama dengan mbak Ari juga membuka komunikasi pertamaku dengan Bidan Eri. Masih kuingat kata kata mbak Ari bahwa bayi akan memilih dengan cara apa dan siapa di lahirkan ke dunia. Aku memupuk kepercayaan diriku, percaya pada kemampuan tubuhku, percaya bahwa anakku tahu memilih cara dan waktu yang tepat untuk lahir. Di masa masa akhir kehamilan aku semakin membatasi diriku dengan komunikasi yang tidak penting, aku mau fokus dan tidak kuizinkan seorangpun mengalihkan fokusku. Bahkan aku nekad tidak mencari pembantu,aku kerjakan semua dirumah bersama suami,capek tapi aku puas. 

Sampai menjelang minggu ke 34 aku berhasil menemukan sebuah klinik yang pro gentle birth, lokasinya di Cikarang dan di Tambun, tidak terlalu jauh sebenarnya, tapi yang paling mudah kujumpai adalah yang di Cikarang. Kami bertemu dengan bidan Siti Rochma dari klinik Mutiara Bunda dan akhirnya memasukan beliau ke dalam plan melahirkan anak kami yang kedua. Minggu selanjutnya pertemuan dengan seorang SPOG lainnya semakin menguatkan aku aku bisa melahirkan secara normal. Cuti hamil aku ambil lebih awal, untuk persiapan menyambut adik Ichiko. Jadilah selama 2 minggu, aku memfokuskan diri dengan relaksasi, jalan kaki, mengerjakan pekerjaan rumah dan membaca tulisan tulisan tentang VBAC yang berhasil. Kegalauan muncul ketika melewati due date tanda tanda belum muncul juga,ditambah pertanyaan kebanyakan orang "kapan adik bayinya lahir?" I was thingking this is a crazy question even very wrong question" heheheheheh, ditambah kontraksi palsu juga sudah mulai membuat jengkel. 

Tanggal 29 Oktober, sehari setelah tanggal perkiraan lahir gelombang cinta itu muncul, intens per 5 menit meskipun akhirnya setelah diperiksa di rumah sakit baru ada pembukaan seujung jari. Keputusan menolak observasi dirumah sakit dan memilih menunggu dirumah adalah sebuah keputusan yang tepat. Sampai selasa 30 Oktober tidak ada perubahan yang berarti, bubid Siti dan mbak Ari menyarankan hal yang sama "makan nenas untuk induksi alami". Akhirnya setelah semua daya untuk induksi alami dikeluarkan hari rabu jam 11 mulai ada tanda tanda bahwa adik bayi akan lahir. Saat berdoa aku yakin sekali bahwa waktunya sudah dekat, mendekati jam 3 sore gelombang cinta semakin intens akan tetapi menjelang pukul 6 sore aku baru menghubungi bu bidan. Kami dalam dilema yang tidak gampang, Ichiko tidak akan mungkin ditinggal, tidak ada siapa siapa dirumah ini. Dibawa ke rumah sakit atau ke klinik pun, aku tetap harus berjuang sendiri karena si papa harus menjaga Ichiko ditambah bahwa jam jam tersebut adalah jam macet luar biasa diseputaran Cikarang. Kami membulatkan hati untuk home birth,sebenarnya aku yang mulai dihantui ketakutan sehingga dalam benakku kalau ternyata aku gagal vbac, rumah sakit paling dekat justeru hanya 5 menit dari rumah. Syukurlah suamiku mendukung bahkan dia lebih yakin disaat saat terakhir. 

Pukul 8 malam aku sudah mulai merasa nikmat luar biasa, tapi sedikit shock ketika bubid memeriksa ternyata masih bukaan satu. Aku harus berperang melawan ketakutanku, teringat perjuangan panjang Ichiko yang harus berakhir dimeja operasi. Puji Tuhan, meskipun papa Ichiko tidak bisa mendampingi disaat saat genting ini, bubid memberiku banyak petunjuk bagaimana menikmati gelombang cinta yang luar biasa. Mendekati jam 12 malam aku sudah merasa ingin mengejan, dan gelombang cinta sudah datang tanpa jeda. Ternyata sudah bukaan penuh, dan ketika bubid mengatakan bahwa kepala bayi sudah dekat aku serasa mendapat suntikan energi yang luar biasa, ku elus perutku....aku akan segera bertemu anakku. Melalui usaha yang sedikit terburu buru, akhirnya kolam pun siap didekat ranjang dikamar kami sendiri. Ketika aku memasuki kolam, memang benar ternyata sensasi rileksnya justeru tak terhindarkan. Proses mengejan pun dimulai, terasa berat karena sudah berkali kali, bahkan sampai adegan kepala baby sudah muncul separuh ternyata kontraksi berhenti.

Akhirnya waktunya pun tiba, melalui proses mengejan yang cukup panjang, adik bayi pun lahir dan ternyata ada satu lilitan tali pusar dilehernya. Tepat pukul 2.08, tanggal 1 -11-12 Dininove Eleanor Rajagukguk lahir ke dunia dengan berat 3100 gram dan panjang 49 cm. Puji Tuhan! baby lahir sempurna dan melewati proses IMD yang begitu mengharukan, disaksikan papa dan kakak Ichiko yang kooperatif sekali. Saat dia mulai menyusui, aku tak bisa menahan air mataku lagi. Terima kasih Tuhan untuk kesempatan luar biasa ini, untuk momen indah ini dan untuk semua doa yang sudah terjawab. 

Aku tahu perjuangan belum selesai, tapi kemenangan dititik ini memberiku banyak kekuatan untuk menang di titik titik selanjutnya. Setelah semua usaha kita untuk melahirkan anak secara gentle apapun caranya, sangatlah penting untuk mempunyai relationship dengan nakes yang membantu kita. Aku bisa membayangkan kalau aku punya waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan bubid mungkin proses melahirkan justeru akan menjadi jauh lebih rileks. Melahirkan dibantu oleh seseorang yang dekat dengan kita pasti akan sangat terasa berbeda. Kita bisa menangis dan tertawa bersama,kerja sama juga pasti lebih akan tercipta. Selama melewati proses ini hingga hari ini, saya tidak merasakan sakit ataupun nyeri pada bagian bekas operasi sebelumnya. Jadi bunda bunda yang sedang berjuang, jangan pernah menyerah, terus berdayakan diri, cari informasi sebanyak mungkin, afirmasikan hal positif sesering mungkin, jalin relationship dengan nakes yang akan membantu kita, jalin hubungan intens dengan orang orang yang seide dengan kita. Tubuh kita memiliki kemampuan yang tidak kita sadari bila kita mau mempercayainya. 

Terima kasih untuk Papa IJR dan IHR untuk semua dukungan dan doanya, finally we are the winner! 
Bubid Siti Rochma,untuk pendampingan luar biasa. 
Bubid Eri, Bubid Yuli, Mbak Ari, Bu Lani Kuswandi atas support, insipirasi, dukungan dan saran sarannya tidak lupa komunitas Gentle Birth Untuk Semua dan Bidan Kita untuk sharing sharing yang bermanfaat dan menguatkan. 
Terimakasih untuk dr. Ni Putu Titin K dari rs MKC, dan dr. Irwan dari rs HK Jababeka yang melalui pemeriksaannya menguatkan saya untuk tetap berjuang sampai akhirnya berhasil mewujudkan VBAC menjadi salah satu sejarah dalam perjalan hidup saya. 
Tuhan memberkati!
 Mimie  a happy mom of IHR and DER

Friday, October 12, 2012

[lomba aku dan gendongan]Dengan Jarit;ku gendong kemana mana

Aku terbiasa menyebutnya dengan Jarit, kain batik panjang yang digunakan sebagai gendongan. Sedari kecil aku sudah familiar dengan jarit bahkan dulu aku juga biasa menggendong adikku dengan menggunakan jarit. Ketika trend gendongan mulai aku kenal, aku mulai terpesona dengan model modelnya yang lucu lucu dan cantik, sambil membayangkan bahwa mungkin zamanku kelak jarit sudah bukan gendongan bayi lagi.

Waktu terus berlalu, hamil Ichiko di negeri matahari terbit membuatku menyiapkan semua peralatan bayi yang berbau jepang.  Bahkan sampai ketika kiriman dari mamak ku terima dan ku bongkar (yang ternyata berisi jarit, bedong, gurita dan lain lain) aku masih tidak pernah membayangkan akan menggunakan barang barang tersebut kelak.

Ketika ichiko lahir dan ternyata menunjukan ketidaksukaannya untuk duduk di stroller, mau tidak mau aku mulai melirik jarit jarit kiriman yang masih tersimpan dengan rapi.  Mulai belajar menggunakannya dan belajar menyukainya  terlebih karena berbagai gendongan modern yang kami miliki ternyata tidak membuat Ichiko nyaman. Aku menggunakan jarit untuk mengantar Ichiko ke day care, naik angkutan umum dan mengikuti berbagai pertemuan yang memperbolehkanku membawa Ichiko.  Percaya tidak percaya, ternyata jarit yang terbuat dari kain batik ini sering menarik perhatian orang Jepang dan mengundang berbagai pertanyaan.

Foto diatas adalah foto jalan jalan pertamanya Ichiko, waktu itu dia masih berusia 4 bulan, kami ikut trip ke sebuah daerah di pertengahan pulau Hokkaido.  Ichiko bisa tidur dengan nyenyaknya, meskipun di bawa emaknya keliling keliling sambil window shopping. 

Berdasarkan pengalaman pribadi, gendongan jarit ini membuat bayi bisa tidur dan duduk dengan nyaman.  Mudah di adjust menjadi berbagai model. Paling asyiknya bisa dijadikan apron saat menyusui di ruang terbuka.

Foto rame rame diatas adalah foto saat menghadiri sosiali pelayanan BNI Tokyo untuk masyarakat Indonesia di Sapporo.  Lagi lagi, Ichiko terlihat sangat nyaman tidur dalam gendongan jarit.

Kebiasaan menggunakan jarit untuk menggendong ichiko terus berlanjut, pernah suatu kali kami benar benar jadi perhatian saat jalan jalan di seputaran Hiroshima.
Foto diatas adalah saat perjalanan jauh ichiko yang pertama kali, kami berlibur ke hiroshima.  Menunggu tran, shinkansen dan berphoto di pulau Ikeshima.  Cuaca saat itu berkisar di bawah 10 derajad celcius, dan jarit batik sangat membantu Ichiko untuk tidak merasa kedinginan.  

Pertanyaan yang paling sering ku hadapi biasanya tentang kekuatan si kain batik tersebut untuk menahan beban berat bayi, dan bagaimana cara menggunakan gendongan ini supaya tetap kuat dan tidak melorot.  Sedikit harus rela menjadi model, tapi seneng karena bisa mempromosikan budaya meskipun dengan cara yang sederhana.  

Selain sebagai gendongan, jarit batik ini punya fungsi fashion yang tidak kalah pentingnya.  Meskipun jaritku waktu itu tidak " gaya" banget, tapi foto di bawah ini menunjukan betapa multifungnya gendongan kain batik.

Salah kostum di Hiroshima yang  ternyata masih dingin, tapi gendongan batik menyelamatkanku dengan beralih fungsi menjadi syal

Model dan corak batik yang beraneka ragam semakin memudahkan para ibu untuk padu padan saat menggendong sang buah hati.  So, mari kita budayakan kain batik sebagai gendongan.

note: gendongan merah itu masih gendongan favorite sampai sekarang Ichiko sudah 2,3 tahun, dan kemungkinan akan diwariskan ke adek Ichiko lho

Monday, April 23, 2012

III.3bulan; Sekarang saya warga Cikarang

Hahahahahahaha.....salah format posting.

3 bulan ini memilih pasif dan hanya sebagai pembaca setia. maklum sedang sibuk melewati masa percobaan yang sudah lewat dan juga kondisi yang berstatus bumil lagi.  Yap...akhirnya positif disela sela kesibukan saat inang mertuaku operasi batu ginjal beberapa bulan lalu.

Pengalaman keguguran ternyata cukup membuatku agak khawatir, tapi aku sempat dibilang pamer lho.  Permasalahannya karena aku selalu menceritakan kondisiku kepada semua orang yang berinteraksi denganku terutama dalam halam pekerjaan.  Aku cuma mau aware, supaya orang yang tahu juga ikut menjagaku dan bayiku, meskipun kenyataannya di republik ini banyak sekali yang tidak bersahabat dengan bumil.

Dan ternyata mulai kamis kemarin, diusia kehamilan dua belas minggu, flek datang juga mengunjungiku.  Dan akhirnya harus rela dengan obat obat penguat rahim yang selama ini tidak pernah aku minum.  Semoga baik baik saja ya beb....

HPLnya masih bergeser geser karena sudah 3 dokter yang aku kunjungi, tapi sekitar akhir oktober dan awal november tahun ini.  Cari dokter ternyata gampang gampang susah, tapi Puji Tuhannya semua dokter yang kukunjungi pro denganku untuk VBAC tentu saja syarat dan kondisi berlaku .

Mulai kemarin juga resmi jadi penduduk Cikarang baru, ternyata enak ya kerja tidak takut dihadang macet.  Masih beres beres barang pindahan, masih coba cari cari dokter dan rumah sakit yang disini.  Padahal masih banyak cerita lho...

Friday, January 27, 2012

Demo mu derita ku....

21.30
Baru sampe rumah, Ichiko sudah tertidur, abang sudah pergi mengantar Inang ke RS PGI Cikini.  Semua rencana berantakan.  Badan sudah letih, teringat motor tehnisi dilab yang tiba tiba bocor, memaksaku harus naik ojek.

Terharu waktu tukang ojeknya tidak memasang tarif, padahal dalam kondisi masih sweeping begini tukang ojek susahhhhhhhhh banget di cari, kalaupun ada tarifnya selangit.  Keluar di beberapa jalan tikus ternyata semua macet, di blokir dan di hadang, sampai aku harus berargumen karena di cegat sama buruh (yang tampangnya seperti preman)..

Puji Tuhan abang ojeknya pinter, aku sampai dengan selamat di stasiun Cikarang (sesuatu banget).  Kuulurkan 20 ribu, tanpa minta kembalian, aku terharu karena rezekinya juga jadi seret gara gara demo ini.  Beli tiket purwakarta -jakarta  2 ribu perak saja.  Tapi miris liat banyak bayi dan anak anak dengan muka lelah menunggu kereta.  Bis/Travel dan mobil yang mereka naiki terperangkap macet, satu satunya pilihan ke Jakarta adalah dengan menggunakan kereta.

Pukul 18:45 kereta sampai distasiun cikarang, temanku ketinggalan kereta dan sampai jurnal ini kutulis dia masih terjebak macet di cikarang.  Ada ibu muda dengan bayinya, yang membuat aku dan 2 orang bapak bapak mengalah naik kereta terakhir.  Ingat perjalanan pulang dari medan ke jakarta yang membuatku kecewa dengan orang orang yang tidak peduli.  Bapak bapak tersebut memintaku terus mendampingi sang ibu dan bayinya, kami berdiri disambungan gerbong, padat, sesak, belum lagi ditambah tangisan anak anak yang terjepit.  Keretapun berangkat.

Sampai di bekasi akhirnya kami bisa duduk.  Mulailah cerita cerita bermunculan.  Tentang surat kesepakatan yang di ingkari, tentang kepentingan siapa melawan siapa.  Aku pusing aku cuma tahu, semua pihak dirugikan, dan entahlah kemana para pemimpin negeri ini!

Sampai rumah aku lelah
Email di hp dari teman teman jepangku, yang menceritakan kalau pemblokiran jalan tol pun jadi berita heboh di jepang.

Entahlah bagaimana akhirnya, tapi aku benar benar kecewa dengan semua ini.  Tapi ini negeriku, tanah airku.
(yang mulai menyukai ketulusan orang orang bertampang sederhana di kereta odong odong, dibanding mbak mbak keren yang sibuk dengan bebenya)

Wednesday, January 18, 2012